Thursday, May 13, 2010

> Mengekspresikan Tokoh

By :Taufiqullah Neutron (Masteropik)

Sekarang, Anda akan belajar lebih mendalam mengenai tahap mengekspresikan perilaku dan dialog para tokoh. Sebagai pengetahuan bagi Anda, berikut ini tahap-tahap saat akan mementaskan drama. 
1. Membaca umum; yaitu membacakan dialog-dialog secara bergantian mulai dari awal sampai akhir cerita. Dalam membaca ini, tidak berdasarkan dialog-dialog yang akan diucapkan para pemain pada pelaksanaan pementasan, tetapi semua dialog pemain lain pun dibacakan secara bergantian. 
 
Lebih baik posisi duduk para pemain membentuk lingkaran sehingga dialogdialog itu dibacakan searah jarum jam secara bergantian.  Manfaat latihan tahap ini, agar setiap pemain mengetahui semua dialog lawan bermainnya dan juga lebih memperdalam berintonasi, mengatur cepat lambatnya suara, dan memantapkan pengetahuan jalannya cerita.  
 
2. Membaca terpusat; pada dasarnya latihan membaca terpusat ini sama dengan latihan membaca umum, tetapi dalam tahap ini pembacaan dilakukan berdasarkan dialog yang akan diperankannya kelak oleh setiap pemain. Latihan ini bermanfaat  untuk melancarkan percakapan antarpemain, melatih mimik atau ekspresi wajah, dan meningkatkan penguasaan jalan cerita secara menyeluruh.  
 
3. Berlatih akting dan blocking; dalam tahap ini, Anda berlatih kegiatan akting dan blocking yang dituntut atau yang sesuai dengan teks drama yang akan kamu pentaskan. Dalam latihan ini, sutradara sudah mempunyai gambaran, bagaimana akting dan blocking yang harus dilakukan para pemain dalam pementasan nanti. 
Tidak semuanya bergantung pada sutradara, para pemain pun harus tahu bagaimana teknik muncul yang baik, bagaimana mimik dan gerak yang sesuai dengan tuntutan naskah, bagaimana menonjolkan perasaan dan pikiran dalam dialog-dialog yang Anda ucapkan.  
 
Setiap gerak, isyarat, dan mimik harus mempunyai arti dan mendukung setiap dialog yang Anda ucapkan. Di samping gerak dan ekspresi, Anda pun harus memerhatikan di mana Anda harus pindah dari posisi ke posisi lainnya. Perpindahan ini pun harus luwes sehingga penonton dapat menangkap jalan cerita dengan logis. Pendek kata, jangan sampai ada permainan atau gerak yang mati.  
 
4. Observasi; latihan-latihan tersebut akan lebih baik jika dilandasi penghayatan yang dalam. Bagaimana latihannya? Anda berobservasi atau mengamati peristiwa-peristiwa atau kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sehari-hari. Apabila kamu akan memerankan seorang pengemis, kamu harus tahu gerak, sifat, dan kebiasaan pengemis itu. 
 
Gerakan-gerakan itu Anda tiru sesuai dengan pengemis itu sendiri.  Dalam latihan serta pelaksanaan simulasi nanti, sukma pengemis itu harus dihadirkan dalam suasana kamu sebagai pengemis dalam peran lakon tersebut. Namun, tetap sesuai dengan asas pengendalian dalam akting, Anda harus sadar bahwa semua itu hanya suatu permainan belaka. 
 
Kebiasaan-kebiasaan pun harus kamu latih dengan baik, seperti membiasakan penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam pementasan nanti atau disebut juga hand prop. Misalnya memainkan rokok, kaca mata, tas, dan tongkat.  Tujuan semua ini agar Anda tidak kaku lagi dalam menggunakan alat-alat tersebut dalam pementasan nanti sehingga gerakangerakanmu wajar, tidak seperti dibuat-buat. 
 
5. Uji coba; setelah Anda berlatih secara intensif, saatnya hasil latihan itu diujicobakan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. semua pemain sudah hafal teks di luar kepala; 
b. akting dan blocking yang dituntut dalam simulasi itu sudah dikuasai oleh semua pemain; 
c. alat-alat yang diperlukan sudah siap untuk dipakai dalam uji coba termasuk kostum.  Tokoh-tokoh dalam drama terdiri atas peran tokoh protagonis, dan antagonis. 
 
Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh penting (major) dan ada pula yang tidak terlalu penting dan digolongkan kepada tokoh pembantu (minor).  Selain itu, ada juga tokoh yang berkedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan dengan demikian berperan sebagai penggerak cerita. 
 
Karena perannya itu, protagonis adalah tokoh yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat  dalam kesukaran-kesukaran. Biasanya kepadanya pula pembaca atau penonton terutama berempati. Lawan protagonis adalah antagonis. Antagonis berperan sebagai penghalang dan pembawa masalah bagi protagonis. Tokoh lain yang kedudukannya penting pula dalam cerita adalah kepercayaan (confidant)/tritagonis. 
 
Tokoh ini menjadi kepercayaan protagonis dan/atau antagonis. Dengan adanya tokoh kepercayaan, protagonis dan/atau antagonis dapat mengungkapkan isi hatinya di pentas dan oleh karena itu memberi peluang lebih besar kepada pembaca atau penonton untuk mengenal watak dan niat tokoh-tokoh dengan lebih baik.




back to top