Sebelum dipentaskan, naskah drama merupakan bagian dari karya sastra. Adapun saat dipentaskan, karya tersebut berubah menjadi karya pementasan. Pementasan drama yang baik bergantung pada kepaduan unsur dialog (pemain), sutradara, musik, sampai penata panggung.
Adapun dalam teknik pementasan yang berhubungan langsung dengan naskah adalah para pemain itu sendiri yang diarahkan oleh sang sutradara.
Agar berhasil mementaskan tokoh-tokoh, para pemain harus dipilih secara tepat. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap calon pemain sebelum mementaskan drama.
1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar semuanya dapat dipahami. Dari dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.
2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, dipilih pemain yang cocok dan mampu memerankan setiap tokoh.
3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan perawakan (postur). Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perawakannya, ditentukan berdasarkan perkiraan saja. Kalau tokoh yang diperankan itu orang tua, sedangkan pemainnya remaja, bisa diatur agar pemain remaja itu tampak tua. Caranya, rambutnya dibuat memutih dengan diolesi bedak, wajahnya dibuat garis-garis hitam hingga tampak keriput, memakai kacamata dan kumis palsu. Warna dan model pakaian yang dikenakan juga disesuaikan dengan kepantasan bagi orang tua.
3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan perawakan (postur). Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perawakannya, ditentukan berdasarkan perkiraan saja. Kalau tokoh yang diperankan itu orang tua, sedangkan pemainnya remaja, bisa diatur agar pemain remaja itu tampak tua. Caranya, rambutnya dibuat memutih dengan diolesi bedak, wajahnya dibuat garis-garis hitam hingga tampak keriput, memakai kacamata dan kumis palsu. Warna dan model pakaian yang dikenakan juga disesuaikan dengan kepantasan bagi orang tua.
4. Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula. Sebaiknya, dipilih pemain yang "pintar". Artinya, dalam waktu tidak terlalu lama berlatihnya, dia sudah bisa memainkan tokoh seperti yang dikehendaki naskah. Adapun bagi seorang sutradara, ia harus mempertimbangkan naskah yang akan dipentaskan.
Dalam hal ini, sutradara harus bisa merenungkan dan menafsirkan naskah. Ia harus memikirkan bagaimana nantinya naskah diperankan. Seorang sutradara harus bisa membayangkan bagaimana pemilihan tokoh, penentuan setting panggung, sampai tata rias yang cocok untuk para pemain.
Hal lain yang harus diperhatikan saat pementasan drama adalah blocking (posisi tokoh di atas pentas); tata busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa; serta tata bunyi dan tata lampu.
1. Posisi Tokoh di Atas Pentas (Blocking)
Dalam melakukan gerak kerja panggung, hal-hal berikut perlu diperhatikan dan dilaksanakan.
a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan.
b. Gerak panggung menarik perhatian penonton.
c. Gerak panggung boleh dikerjakan (dilakukan) sambil berbicara atau berurutan. Kalau berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan geraknya (gerakannya menjadi kuat/menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara, yang diutamakan bicaranya (kalimat yang diucapkan menjadi lebih berbobot dan bertenaga).
d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau menyamping, kecuali ada alasan tertentu.
e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya, gerakan lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan, atau kekhidmatan.
2. Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain, baik bahan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias. Oleh karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata rias sekaligus juga menjadi penata busana karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok.
Dengan kata lain, tata rias dan tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung. Sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dari tugas mengatur pakaian. Artinya, penata rias khusus merias wajah, sedangkan penata busana mengatur pakaian/busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan.
Tata rias dan tata busana tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah. Biasanya hanya ditulis: seorang tua, seorang kakek, seorang nenek, seorang ayah, atau seorang pemuda. Dalam hal ini, tidak dijelaskan bagaimana orang tua itu. Apakah wajahnya keriput, giginya ompong, rambutnya putih, alisnya tebal, hidungnya mancung, bajunya kumal, atau tubuhnya bongkok, semuanya tidak dijelaskan.
Oleh karena itu, penata rias dan penata busana harus mampu menafsirkan dan memantasmantaskan rias dan pakaian orang tua yang disebutkan dalam naskah itu. Adapun peran dan fungsi tata busana dalam pementasan adalah sebagai berikut:
Oleh karena itu, penata rias dan penata busana harus mampu menafsirkan dan memantasmantaskan rias dan pakaian orang tua yang disebutkan dalam naskah itu. Adapun peran dan fungsi tata busana dalam pementasan adalah sebagai berikut:
a. mendukung pengembangan watak pemain;
b. membangkitkan daya saran dan daya suasana;
c. personalisasi pemain, yaitu untuk membedakan satu pemaindengan pemain lainnya.
3. Tata Panggung
Panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Panggung biasanya letaknya di depan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton.
Tujuannya, agar penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat yang ada di panggung. Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Misalnya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja kursi, hiasan dinding, dan lainlain. Semua peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang mengatur itu disebut penata panggung.
Penata panggung biasanya terdiri atas beberapa orang (tim) supaya dapat mengubah keadaan panggung dengan cepat. Mengapa panggung perlu diubah-ubah? Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu, dan suasana yang berbeda dengan peristiwa dalam babak yang lain. Perbedaan ini menuntut perubahan keadaan panggung.
Artinya, keadaan panggung harus diubah dengan cepat oleh penata panggung. Misalnya, dalam babak pertama panggung menggambarkan ruang tamu, bisa saja dalam babak kedua panggung menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan panggung yang menggambarkan perubahan tempat itu sesuai dengan naskah cerita. Penata panggung tugasnya hanya menuruti hal yang diminta naskah. Meskipun demikian, secara kreatif ia boleh menambah, mengurangi, atau mengubah letak perabot asal perubahan itu menambah baiknya keadaan panggung.
Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaiknya dipilih orang-orang yang mengerti keindahan dan tahu komposisi yang baik, meletakkan barang-barang di panggung tidak sembarangan. Hal ini disebabkan kegiatan mengatur barang-barang ada seninya. Barang-barang itu perlu diatur sebaik-baiknya supaya tampak serasi. Demikian pula jarak antara barang satu dan yang lain. Ini yang dimaksud komposisi. Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan keindahan menimbulkan rasa senang.
4. Tata Lampu
Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Oleh karena itu, tata lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Misalnya, kalau panggung menggambarkan ruang rumah orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu minyak, lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.
Orang yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yaitu semacam kotak besar berlensa yang berisi lampu ratusan watt. Jika dinyalakan, sinarnya terang sekali memancar ke satu arah.
Penata lampu lalu menyorotkan dari jauh (biasanya dari belakang penonton) ke panggung. Lensa dapat diatur untuk menerangi seluruh panggung atau sebagian panggung. Jika dikehendaki, cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Caranya, lensa ditutup dengan kertas kaca warna merah, hijau, atau kuning. Misalnya, panggung menggambarkan suasana romantis, lensa ditutup dengan kertas kaca warna kuning.
Banyaknya lembar kertas yang digunakan menentukan keredupan. Makin banyak/makin tebal, makin redup. Dengan cara seperti itu keadaan panggung menjadi seperti terang bulan. Jika panggung sedang menyajikan adegan tokoh yang marahmarah, kertas kaca warna merah digunakan sehingga sinar merah menerpa wajah tokoh yang sedang marah-marah itu.
Karena tata lampu selalu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti teknik kelistrikan. Ada kalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan sejenak, lalu dihidupkan kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan di panggung kacau dan pertunjukan drama gagal total.
5. Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem), melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para penonton. Iringan musik itu tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah.
Penjelasannya hanya secara umum, misalnya diiringi musik pelan, musik sendu, atau musik sedih. Kadang-kadang malah tidak ada penjelasan sama sekali. Agaknya urusan musik pengiring ini Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang sebab penata musik harus pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok.
Oleh karena itu, penata musik harus mempunyai perasaan yang halus dan tajam, berjiwa seni, memahami musik, dan mengerti lagu-lagu. Kalau sudah ada lagu yang cocok, tentu tinggal memainkan. Namun, jika belum ada lagu yang cocok, penata musik perlu mencipta lagu sendiri. Segala upaya ditempuh untuk menyuguhkan musik pengiring yang sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung.
Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring? Hal ini tidak ditentukan secara baku. Apa saja bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah organ, mungkin seruling, gitar, tambur, mungkin pula lebih lengkap lagi. Ada kalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang penata suara tinggal mengoperasikan rekaman itu.