Mortar adalah suatu bagian pasangan batu yang setara dengan
pasangan batu itu sendiri. Adukan berfungsi untuk membantali satuan
pasangan batunya, yang mendukungan penuh satu sama lain. Adukan
memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya
air dan angin. Adukan merekatkan satuan-satuan tersebut satu sama lain
untuk mengikatnya menjadi satuan struktural monolitik dan juga penting
untuk penampilan dinding pasangan batu. Jenis adukan yang paling
karakteristik terbuat dari semen portland, kapur hidrasi, agregat (pasir),
dan air.
Pasir harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang
terlalu kasar atau terlalu halus. Semen portland merupakan bahan
perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen
portland akan "keras" dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di
bawah bata, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran
dan daya kerjanya. Kapur diproduksi dengan cara membakar batu kapur
atau cangkang kerang (kalsium karbonat) dalam tungku untuk menghilangkan
karbon dioksida dan menyisakan kapur tohor (kalsium oksida).
Kapur tohor ini kemudian diberi air dengan membiarkannya
menyerap air sebanyak yang dapat dilakukannya, yang menyebabkan
pembentukan kalsium hidroksida, yang disebut kapur padam atau kapur
terhidrasi. Proses pengairan, yang melepaskan panas dalam jumlah yang
banyak, biasanya dilakukan di pabrik. Kapur hidrasi ini selanjutnya
dikeringkan, digiling, dan dikemas untuk dikirim. Hingga akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20, adukan dibuat tanpa semen portland, dan kapur itu
sendirilah yang menjadi bahan perekatnya; adukan ini mengeras dengan
cara menyerap karbon dioksida dari udara untuk menjadi kalsium
karbonat, sebuah proses yang sangat lambat dan tidak merata.
Untuk mencapai suatu daya kerja yang ekivalen dengan adukan
semen portland-kapur, adukan semen pasangan batu diformulasi dengan
campuran tambahan yang menaikkan udara yang menghasilkan
kandungan udara tinggi pada adukan matangnya. Hal ini akan
mengurangi kekuatan rekat antara adukan dan satuan pasangan-batu
ingá kira-kira setengah dari kekuatan adulan konvensional, yang berarti
bahwa kekuatan lentur dan geser dinding tersebut berkurang dan
dindingnya lebih dapat diresapi oleh air.
Oleh karena itu hanya adukan
semen-kapur konvensional yang harus ditentukan untuk pekerjaan
pasangan batu yang membutuhkan kekuatan tinggi dan permeabilitas
rendah. Agar mudah, semen adukan yang terdiri atas semen portland
pracampur dan kapur dengan udara yang terbatas, dapat digunakan
dalam membuat adukan semen-kapur.
Semen merah adalah hasil penghancuran bata, genting dan
bahan bakaran lempung lainnya hingga menjadi tepung, semen merah
merupakan bahan tambah hidrolik, semen merah juga merupakan sisasisa
berasal dari bata yang mengalami kerusakan, bata yang pecahpecah
dihancurkan dan diayak untuk dijadikan semen merah.
Pasir merupakan bahan adukan, merupakan bahan batubatuan
dengan ukuran kecil (0,15 mm - 5 mm), syarat-syarat untuk pasir adalah
sebagai berikut :
Pasir untuk pembuatan adukan atau beton harus memenuhi
persyaratan di atas, selain pasir alam (dari sungai atau galian dalam
tanah) terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan dari batu yang
dihaluskan dengan mesin pemecah batu.
pasangan batu itu sendiri. Adukan berfungsi untuk membantali satuan
pasangan batunya, yang mendukungan penuh satu sama lain. Adukan
memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya
air dan angin. Adukan merekatkan satuan-satuan tersebut satu sama lain
untuk mengikatnya menjadi satuan struktural monolitik dan juga penting
untuk penampilan dinding pasangan batu. Jenis adukan yang paling
karakteristik terbuat dari semen portland, kapur hidrasi, agregat (pasir),
dan air.
Pasir harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang
terlalu kasar atau terlalu halus. Semen portland merupakan bahan
perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen
portland akan "keras" dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di
bawah bata, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran
dan daya kerjanya. Kapur diproduksi dengan cara membakar batu kapur
atau cangkang kerang (kalsium karbonat) dalam tungku untuk menghilangkan
karbon dioksida dan menyisakan kapur tohor (kalsium oksida).
Kapur tohor ini kemudian diberi air dengan membiarkannya
menyerap air sebanyak yang dapat dilakukannya, yang menyebabkan
pembentukan kalsium hidroksida, yang disebut kapur padam atau kapur
terhidrasi. Proses pengairan, yang melepaskan panas dalam jumlah yang
banyak, biasanya dilakukan di pabrik. Kapur hidrasi ini selanjutnya
dikeringkan, digiling, dan dikemas untuk dikirim. Hingga akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20, adukan dibuat tanpa semen portland, dan kapur itu
sendirilah yang menjadi bahan perekatnya; adukan ini mengeras dengan
cara menyerap karbon dioksida dari udara untuk menjadi kalsium
karbonat, sebuah proses yang sangat lambat dan tidak merata.
Untuk mencapai suatu daya kerja yang ekivalen dengan adukan
semen portland-kapur, adukan semen pasangan batu diformulasi dengan
campuran tambahan yang menaikkan udara yang menghasilkan
kandungan udara tinggi pada adukan matangnya. Hal ini akan
mengurangi kekuatan rekat antara adukan dan satuan pasangan-batu
ingá kira-kira setengah dari kekuatan adulan konvensional, yang berarti
bahwa kekuatan lentur dan geser dinding tersebut berkurang dan
dindingnya lebih dapat diresapi oleh air.
Oleh karena itu hanya adukan
semen-kapur konvensional yang harus ditentukan untuk pekerjaan
pasangan batu yang membutuhkan kekuatan tinggi dan permeabilitas
rendah. Agar mudah, semen adukan yang terdiri atas semen portland
pracampur dan kapur dengan udara yang terbatas, dapat digunakan
dalam membuat adukan semen-kapur.
Semen merah adalah hasil penghancuran bata, genting dan
bahan bakaran lempung lainnya hingga menjadi tepung, semen merah
merupakan bahan tambah hidrolik, semen merah juga merupakan sisasisa
berasal dari bata yang mengalami kerusakan, bata yang pecahpecah
dihancurkan dan diayak untuk dijadikan semen merah.
Pasir merupakan bahan adukan, merupakan bahan batubatuan
dengan ukuran kecil (0,15 mm - 5 mm), syarat-syarat untuk pasir adalah
sebagai berikut :
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara 0,15 mm - 5 mm.
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur oleh pengaruh
perubahan iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%:
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organik, garam, minyak dan
sebagainya.
6. Pasir laut tidak boleh dijadikan bahan bangunan kecuali bila telah
diadakan penelitian dan petunjuk dari ahli bangunan.
Pasir untuk pembuatan adukan atau beton harus memenuhi
persyaratan di atas, selain pasir alam (dari sungai atau galian dalam
tanah) terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan dari batu yang
dihaluskan dengan mesin pemecah batu.